PPP awam dikenal sebagai partai warisan para ulama. Di masa lalu, keberadaannya menjadi penting, karena sukses memposisikan dirinya sebagai salah satu partai dengan perolehan suara terbesar di indonesia. Kondisi itu secara otomatis membuat para kadernya mengisi banyak kursi di legislatif, mulai dari perwakilan rakyat tingkat daerah hingga DPR RI
Hingga kini, nama besar PPP sebagai partai politik masih mengisi ruang dalam benak publik. Terbukti, para simpatisan, anggota maupun pengurus dalam setiap level tetap mampu menjadi konstituen-konstituen nan berharga yang memberikan kontribusi suara pada setiap ajang pemilihan umum.
Klik Juga: DPC PPP BATUBARA OPTIMISTIS UNTUK BANGKIT
Menghadapi, dinamika sosio-politik yang terjadi mutakhir, PPP merencanakan sejumlah langkah bernilai stategis dalam upaya menggalang kekuatan suara umat. Sehingga PPP tetap harum dengan bendera yang tetap berkibar lantang menghiasi langit nusantara.
Seperti yang disampaikan Sekretaris DPW PPP Sumut, Usman Sitorus saat menyampaikan orasi politik pada sesi penutupan Muscab III DPC partai berlambang Ka'bah tersebut di Batubara. Ketika itu, ia memaparkan beberapa hal yang dianggapnya punya urgensi tersendiri untuk dilaksanakan.
Diantaranya, pendekatan terhadap kelompok milenial dan kaum perempuan serta perlunya perhatian terhadap milieu pendidikan semacam pesantren.
Langkah-langkah itu, jelas bernilai penting. Namun, tentu saja tidak diinginkan keadaan dimana sejumlah besar perolehan suara yang berhasil digalang pada tingkat DPC misalnya, justru tidak berbanding lurus dengan jumlah wakil rakyat yang mengisi kursi legislatif. Kondisi semacam itu, biasanya diwarnai alasan yang klasik: tak memenuhi kuota daerah pemilihan.
Untuk yang belakangan disinggung di atas, kaitannya jelas saja pada regulasi, sistematika juga teknis pemungutan suara dan penentuan hasil-hasilnya yang kini berlaku.
Agaknya, perlu pula jadi perhatian: apakah ketiga-tiga unsur itu tak merugikan PPP dan dukungan suara umat yang sukses digalangnya? ****k.tanjong
Tags:
Politik